Sejak kapan kita mulai fanatik? misalnya dalam hal politik. sudah sejauh mana kita mempelajari dan memahaminya? apa jangan-jangan selama ini hanya ikut-ikutan saja. bully sana-sini, ngejudge sana-sini, fitnah sana-sini tanpa memikirkan konsekuensi kedepannya. sadarlah akan permainan media di sekitar. jangan mau di adu domba!
Apa yang selama ini kita lihat belum tentu benar, belum tentu juga salah. banyak-banyak menyaring setiap informasi yang bertebaran di sosial media. apalagi ruang lingkupnya politik? percayalah dunia penuh tipudaya ada disini. yang benar bisa salah dan yang salah bisa jadi benar. kalau kita tidak jeli dalam hal ini, ujung-ujungnya masuk perangkap brainwash media. di sadari atau enggak otak kita di cuci. efek paling fatal adalah membuat kita jadi fanatik, ya fanatik buta. inilah bahayanya kalau tidak hati-hati dalam mencerna informasi.
Peran media-media di tanah air berpengaruh besar menggiring opini publik. kita boleh tidak menyukai sesuatu namun jangan sampai mau di bodohi. bodoh membuat kita lebih mudah di giring media sana-sini. informasi yang kita sebarkan haruslah informasi valid, jelas keabsahannya. jangan hanya berdasarkan benci jadi ikut-ikutan sharing berita bohong. percayalah setiap kebohongan menambah dosa. dan perlu di ketahui dosa yang terus mengalir meskipun pelakunya sudah wafat adalah dosa penebar fitnah. siksa kubur makin berat apalagi di hari penghakiman kelak? 🙁
Beberapa waktu belakangan saya sering berpendapat tentang beberapa pandangan saya soal politik dan agama. meskipun di sosial media saya lebih sering membuat status konyol dan hal nggak penting lainnya, di samping itu saya melakukan research kecil-kecilan informasi media untuk menyaring mana berita valid dan mana berita hoax.
Saya tahu itu hoax tapi tidak bisa berbuat apa-apa kadang terasa sangat menyesakkan hati terutama yang sumbernya dari media-media besar dan sering menjadi bahan referensi banyak orang. percayalah kalau isinya berkaitan dengan politik 90% banyak yang menyimpang. di wajibkan tabayyun terlebih dahulu. media bukanlah patokan sumber informasi kebenaran justeru media saat ini sudah menjadi alat politik. hati-hati!
Politik dan Agama Tak Bisa di Pisahkan
Anda pernah mendengar pernyataan Presiden Jokowi Dodo yang isinya ” Politik & Agama harus di pisah “. tak lama setelah berita itu beredar menuai reaksi penolakan keras dari masyarakat. setelah mengetahui reaksi tersebut pernyataan nya tiba-tiba berubah sebaliknya ” Politik dan Agama Tak Boleh di Pisahkan “. lucu kan? 😀
Seorang Presiden mencoba-coba pendapatnya begitu banyak penolakan malah berbalik mendukung. dan ini tidak cuma sekali-dua kali saja. misalnya : penggunaan dana haji bisa di pakai investasi. begitu masyarakat bereaksi eh beda lagi pernyataannya.
Skip ya bukan itu yang mau saya bahas 😀
Kalau membaca sejarah pemerintahan dari jamannya Khulafaur Rasyidin sampai Khilafah Utsmaniyah tak ada yang buruk. semua masyarakat meski berbeda agama bisa hidup rukun berdampingan. hal ini tentu saja dengan Janji Allah SWT dalam kitabnya Al-Quran..
” Barang siapa yang beriman dengan sungguh-sungguh pasti kami teguhkan kerajannya, dan kami berkahi negeri itu “
Sayangnya sejak kemunculan propaganda ISIS istilah Khilafah jadi rusak. banyak masyarakat percaya kalau sistem Khilafah itu identik dengan teroris, sebagian yang lain menganggapnya sudah tak berlaku dan hanya berlaku di jaman sahabat Nabi.
Jadi lebih percaya opini sesat media dari pada bukti sejarah? come on jangan begitu. sejarah membuktikan ketika Islam berkuasa justeru penganut agama lain bisa tenang menjalani aktivitasnya terutama soal ibadah.
Jangan malu dan jangan takut menyuarakan kebenaran karena kalau orang-orang baik diam, orang jahatlah yang berkuasa. kita semua akan di tindas. dan jangan hanya terlena iming-imingan duniawi sementara di sisi lain mengorbankan hati nurani. yang seharusnya benar di katakan salah, yang salah di katakan benar. ingat! kita hidup di dunia ini ada masanya dan ada tanggung jawabnya. sekecil apapun itu 🙂
Riba sudah mengakar sejak lama dan masih banyak yang memeliharanya…
Riba seolah-olah sudah menjadi kebutuhan, dia dikemas sebagus mungkin agar masyarakat tidak mempermasalahkannya. namun sejak 3-4tahun terakhir ini gerakan antiriba bermunculan. sebelum-sebelumnya saya belum menemukan gerakan antiriba seramai sekarang. hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat tentang bahanya-nya riba.
Gerakan antiriba di mulai dari masyarakat kota (di samping masyarakat pedesaan masih banyak yang belum sadar).
Hal paling mudah untuk mengenalinya adalah pinjaman berbunga, cicilan berbunga. apapun nama pinjamannya jika di sertai bunga jelas itu adalah RIBA. wujud lain riba adalah asuransi karena di dalamnya terdapat unsur gharar ” tidak jelas “.
Mempersiapkan keburukan yang belum tentu terjadi dengan cara membayar angsuran pertahun. namun jika si nasabah tidak mengalami keburukan uang yang sudah terlanjur diangsur menjadi milik perusahaan asuransi. jadi lebih baik mana sedekah yang jelas-jelas mendatangkan berkah atau asurans yang jelas-jelas haram hukumnya?
Riba merupakan salah satu dosa besar bahkan puluhan kali lipat lebih besar dari pada dosa zina. hukuman paling ringan adalah berenang di sungai darah. sebelumnya artikel ini sudah pernah saya singgung di sini
Kehidupan manusia memang berliku, kadang kala lagi baik kadang kala buruk. tapi yang perlu kita siapkan adalah yang baik-baik saja, ini sama halnya kita berperasangka baik kepada Yang Maha Kuasa. total bergantung dengan Nya, hidup selamat & bahagia dunia-akhirat.
Khilafah vs Demokrasi
Hal ini perlu di luruskan jangan hanya membaca informasi dari media-media besar di tanah air yang notabene pemiliknya non-muslim. misal : Khilafah di cap sebagai paham teroris layaknya ISIS.
Khilafah jaman sekarang sudah tak berlaku lagi, berbeda dengan jamannya sahabat Nabi. dan masih banyak pemahaman-pemahan menyimpang lainnya. Ini merupakan bagian dari propaganda. lebih baik perbanyak informasi valid, dan jangan lupa baca sejarah.
Silahkan perkaya informasi bagaimana sejarah Khilafah dan Demokrasi. intinya saya disini cuma mau bilang..
Islam menerima perkembangan jaman selama tidak menyalahi akidah
Jangan Fanatik & Tinggalkan Perdebatan
Fanatik dalam hal apapun efeknya dalam kehidupan bermasyarakat selalu buruk. merasa paling benar sendiri, bangga dengan golongannya dan merasa golongannya paling tinggi. jangan!
Faktanya orang yang fanatik ruang lingkupnya sempit. banyak orang-orang di sekitarnya yang berbeda pendapat dengannya jadi menjauh. yang paling sering di temui adalah fanatik agama & fanatik politik.
Fanatik agama juga berbahaya tak terkecuali Islam. jujur saja, saya tidak menyukai golongan yang suka membid’ahkan & mengharamkan golongan lain. Maulid Nabi bid’ah, liqo bid’ah, celana isbal jadi perdebatan, ujung-ujungnya haram 🙁
Saya punya beberapa teman non-muslim dan dari golongan yang suka membid’ahkan tapi sejauh ini hubungan kami baik-baik saja. begitu pembahasan seputar agama atau sunnah saya lebih memilih diam atau paling tidak di alihkan ke topik lain.
Saya sudah tidak mau berdebat dalam hal ini. yang punya pemahaman lain monggo tapi ya jangan sampai mengaharamkan dan membid’ahkan golongan lain. ingat! sama-sama muslim harus bersatu, jangan hanya gara-gara berbeda mahzab jadi terpecah belah. golongan kafir dan munafik malah senang melihatnya.
Kita boleh berdebat selama debat itu tujuannya baik dan memberi solusi. bukan saling menjatuhkan atau siapa yang paling pintar? ujung-ujungnya dendam & sakit hati. berdebat keras boleh saja selama itu menyangkut hukum. lawan kemungkaran suarakan kebenaran.
Terbukalah : Tinggalkan perdebatan dan jangan fanatik 😉