Kasih sayang yang sebenarnya itu seperti apa sih? percaya ngga kalau cinta sejati itu ada? lalu apakah hubungan laki-laki dan perempuan jaman now sudah sesuai dengan fitrahnya?
Banyak hal yang sebenarnya kita kurang memahami suatu hal tapi tetep kekeuh mau menjalaninya. biasanya hal ini di dasari nafsu. mengutamakan keinginan dari pada kebutuhan. biasanya kalau di dasari nafsu endingnya mengecewakan.
Lalu kasih sayang yang sebenarnya itu seperti apa?
Jujur, sampai sekarang saya masih mendalami hakikat kasih sayang yang sebenarnya. dan selama ini saya merasa gagal menyayangi. terutama sayang kepada seseorang. uhuk :v
Saya sadar di fase-fase tertentu orang akan memahami apa yang seharusnya di utamakan, apa yang seharusnya di lakukan.
Menyadari bahwa apa yang di lakukan selama ini salah. terus dan terus mengoreksi apa-apa yang sudah di lakukan. bahkan beberapa waktu lalu Saya sempat mengulas Tujuan Hidup dan Kosong tak Berujung
Well, kalau membahas kasih sayang yang sebenarnya adalah kasih sayang Rabb kepada hamba-hamba Nya. inilah kasih sayang sejati, cinta sejati. dimana kita yang sebelumnya tak pernah ada sekarang menjadi ada. kita yang sebelumnya tak bisa apa-apa sekarang bisa melakukan apa saja.
Pentingnya pemahaman bertauhid harus di mulai dari sejak dini. entah sejak kecil dulu hanya bisa menghafal tapi tak memahami maksudnya, namun begitu dewasa hafalan yang sudah kita pelajari sejak dini sekarang lebih mudah di pahami. ya, tanpa perlu belajar dari dasar lagi. tinggal mengulang dan memahami maksudnya.
Kasih Sayang Yang Sebenarnya
Sebenarnya hal ini ada dalam konteks kasih sayang Rabb terhadap hamba-hamba Nya. ya, inilah kasih sayang & cinta yang sebenarnya. kita di ciptakan dari permulaan, dibekali pengetahuan, hati, otak, mata, tangan, telinga, kaki, dan lain sebagainya. kalau Anda suka mendengar lirik lagu Dewa – Satu itulah cara paling mudah memahami kasih sayang Rabb terhadap hamba-hamba Nya.
Pernah membaca sejarah Syeh Siti Jenar? terutama ketika dia berkata :
” Aku ini Allah “. sontak orang-orang akan menuduh kalau Syeh Siti Jenar adalah sesat, kafir. bagi pemahaman syariat akan sulit menerima kata-kata diatas. tapi bagi pemahaman ma’rifat itu adalah menunjukkan tingkat keimanan seseorang. Dia sadar kalau dia bukan siapa-siapa tanpa Allah. itulah yang di maksud. dalam Al-Qur’an :
Dan kalau kita perhatikan disekitaran, sebenarnya mukjizat itu sering kita lihat. seperti : tumbuhnya tanaman, lahirnya manusia, hijaunya tanaman sesudah kering, harumnya bunga, pola warna buah-buahan, manis asam asinnya buah-buahan, dan masih banyak lagi.
Kenapa hal ini bukan menjadi pembelajaran yang luar biasa? padahal ini juga termasuk mukjizat Ilahi. alasannya, karena kita terlalu sering melihatnya jadi kesannya biasa saja. itulah pentingnya belajar ilmu hakikat.
Jadi, mukjizat itu bukan hanya terjadi di era para Nabi.
- Nabi Muhammad : membelah bulan
- Nabi Musa : membelah laut
- Nabi Sulaiman : menundukkan angin & jin
- Nabi Sam’un : memiliki kekuatan super layaknya superman
- Dsb
Kita memang wajib mengimani mukijzat-mukjizat para Nabi karena memang di kisahkan dalam kitab suci. pernah terjadi di jamannya. tapi apakah sekarang kita juga mengimani dengan iman yang sebenarnya kalau mukjizat sering terjadi? coba tengok sekitaran.
Sebenarnya Manusia itu mahluk paling manja. semua sudah disediakan untuk memenuhi kebutuhannya tapi masih ada saja yang ingkar. di uji sedikit dengan yang haram eh masih saja di konsumsi.
contoh : khamr (miras) di haramkan. ini saja banyak yang melanggar khususnya kalangan muslim. padahal penggantinya yang halal lebih banyak. ada susu, jus, jahe, teh, dan masih banyak lagi.
Itulah bentuk kasih sayang, cinta, tanggung jawab, Allah kepada hamba-hamba Nya. bahkan masih banyak yang tanpa kita sadari bagaimana Allah menyayangi dan mengasihi kita. jadi, kalau sampai ada manusia yang cintanya lebih dari cintanya kepada Rabbnya yang menciptakannya, yang memberinya hidup, memberinya kekuatan, memberinya fisik yang bagus, memberinya rezeki, berarti dia benar-benar dalam kesesatan.
Allah itu Esa. tidak beranak dan tidak di peranakan. tak ada yang menyamainya satupun baik di langit dan di bumi.
Saya mau bercerita sedikit tentang diri Saya pribadi.
Saya lahir dan besar di suatu desa dimana pelajaran agama menjadi kebutuhan utama. ya, mulai dari TK, MI (bukan SD) Saya menempuh pelajaran agama di kalangan Nahdlatul Ulama. lahir & besar di tengah-tengah mayoritas NU banyak budaya yang saya jumpai bahkan bergabung di dalamnya. seperti : tahlilan, yasinan, terbangan (marawis), festival ngaji antar desa, dan masih banyak lagi.
Begitu menginjak SMP, Saya masuk pendidikan Muhammadiyah. selama 3 tahun saya menempuh pendidikan disini hingga lulus 2004. selama itu pula saya mendapati perbedaan dari yang sebelumnya (budaya NU). khususnya dalam hal sholat, idul fitri, kebiasaan setelah sholat, dan beberapa hal lainnya.
Semasa SMP saya hanya bertanya dalam diri ” ini kok bisa beda ya dari NU “. tapi ya sudahlah yang penting Tuhannya sama, Nabinya sama, Kitabnya sama, Malaikatnya juga sama. itu yang saya simpulkan.
Yang bikin saya sedih bahkan jengkel saat ini, ada golongan yang mengaku paling benar, pengikut Rasulullah sejati, tapi mengkafirkan, menyesatkan, dan membid’ahkan golongan Islam yang lain (saudaranya sendiri).
Saya nulis ini karena sudah melihat sendiri ceramah ulama-ulamanya. benar-benar berbahaya dan berpotensi memecah belah bangsa. wajar pengikut-pengikutnya lebih bringas mengkafirkan saudara muslimnya. ulamanya saja seperti itu -__-
Kalau ada yang seperti itu, jelas saya tinggalkan. bahkan wajib di abaikan. tak ada gunanya belajar kepada orang berpaham SAKIT JIWA. pilihlah golongan dan ulama-ulama yang menyatukan umat. bukan merasa paling benar sendiri sedangkan disisi lain mengkafirkan saudaranya.
Well, seiring berjalannya waktu sampai Saya pindah ke Ibu Kota Jakarta saya mengalami banyak pengalaman bahkan sampai terdoktrin paham liberal. bisa di baca disini
Perlahan saya mengingat hafalan-hafalan dulu dan apa yang di ajarkan orang tua saya. Ibu dan Bapak saya selalu menekankan hal ini
Jar, ilmu seng paling penting ndek ndunyo iku Ilmu selamet. yo, selamet ndunyo akhirat. bahasa indonesia-nya : Jar, ilmu yang paling penting itu Ilmu selamet dunia & akhirat.
Itu yang di ajarkan orang tua saya terutama Bapak. karena Bapak punya banyak pengalaman soal ilmu terutama ilmu agama & spiritual. bahkan Bapak Saya pernah bercerita kalau dia pernah memasuki suatu alam.
Dimana alam itu sangat indah, cahaya ada dimana-mana dan tak pernah ia jumpai di dunia ini. yang jelas bukan alam jin atau alam-alam jelek lainnya. butuh perjuangan 40 hari 40 malam full puasa, sholat malam, dan dzikir.
Buka puasa pun hanya teh manis dan singkong rebus. perjuangan yang begitu keras, alam yang katanya sangat indah itu hanya bisa ia jangkau beberapa detik saja. itulah pengalaman spiritual tertinggi Bapak saya. kalau kata Bapak saya itu adalah
” Mati sak jerune urip “.